Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Korupsi Tanpa Sadar

Korupsi Tanpa Sadar
Sudah kita ketahi bersama bahwa indonesia mengalami krisis yang luas biasa banyaknya. Bisa dikatakan sebagai krisis yang multidimensi, jadi tidak hanya satu masalah krisis saja, tatapi sudah mencapai taraf klimaks ke berbagai tingkatan krisis yang menggumpal. Salah satu krisis yang sangat-sangat penting dan terlupakan adalah krisis kejujuran. Oke, tidak panjang lebar, krisis kejujuran inilah yang paling banyak menyebabkan seseorang melakukan korupsi.[1]

Berbicara mengenai korupsi, tentunya jika seseorang yang normal bila melakukan sebuah tindakan pasti ia sadar dengan tindakannya. Dengan kata lain ia mempunyai niat dalam dirinya untuk melakukan perbuatan tersebut. Namun, terkadang seseorang bisa saja melakukannya hanya sebatas perbuatan tanpa ruh kesadaran. Ini kemungkinan masih bisa terjadi. Dalam kaitannya dengan masalah korupsi, inilah yang saya maksudkan dengan istilah korupsi tanpa sadar.

Sebuah istilah yang saya gunakan untuk mereka yang melakukan pelanggaran secara tak sadar dengan yang mereka lakukan. Bisa dikatakan bahwa ia sebenarnya tidak mengetahui bahwa hal itu adalah bagian dari pada korupsi, walaupun hanya awal mula benih korupsi. Tapi bisa jadi ia sendiri tahu, tapi seolah dungu dengan tindakannya itu. Oke. Sudahkah kita memahaminya. Sebagai kisah kecil dari sebuah teladan pendahulu kita. Seorang yang dijuluki sebagai khalifah yang kelima, yaitu Umar bin Abdul Aziz, seorang pemimpin yang pernah berkuasa pada masa bani Umayyah dalam masa kejayaan islam.

Disuatu malam, salah seorang putra dari Umar bin Abdul Aziz ingin pergi menemuinya untuk membicarakan suatau hal. Ia pergi ke sebuah ruangan yang ayahnya ada di dalam ruangan tersebut untuk menemuinya. Ketika melihat salah seorang putranya memasuki ruangan, maka Umar bin Abdul Aziz berkata kepada putranya. Kamu ingin bicara tentang masalah keluarga ataukah tentang pemerintahan?, tanya Umar bin Abdul Aziz kepada putranya. Kemudian anaknya tersebut menjawab bahwa kedatangannya ingin membicarakan tentang masalah keluarga. Seketika itu, Umar bin Abdul Aziz mematikan lampu obor yang digunakan untuk menerangi ruangan.

Putranya heran mengapa ayahnya mematikan lampu, padahal putranya sedang berbicara kepadanya. Singkatnya akhirnya ia tahu bahwa ayahnya mematikan lampu tersebut karna tahu bahwa lampu tersebut bukanlah barang milik kelurga, akan tetapi milik pemerintah yang ia dipercayai sebagai alat untuk mengurusi umat. Akhirnya dengan sangat terpaksa, Umar bin abdul Aziz berbicara kepada anaknya dalam keadaan gelap gulita tanpa penerangan sedikitpun.

Terkadang kita sebagai pemimpin atau orang yang dipercaya memegang amanah jabatan mudah sekali melupakan ingatan kita. Janji-janji sebelum pemilu seolah terhapus oleh angin yang berhembus sepoi-sepoi merelaksasikan tubuh yang gembul penuh dengan lemak kenikmatan. Selain itu kebanyakan pemimpin-pemimpin kita seolah tidak menyadari bahwa mereka adalah pemegang jabatan sehingga mencampur adakukan antara kepentingan pribadi, keluarga dan kepentingan umat. Seandainya semua pemimpin sadar akan kewenangannya pasti negeri ini akan makmur dan bebas koruptor.






[1] Korupsi menurut kamus besar bahasa indonesia adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain;

2 comments for "Korupsi Tanpa Sadar"

  1. Akhirnya dengan sangat terpaksa, Umar bin abdul Aziz berbicara kepada "ayahnya" bukannya anaknya ya mas....

    Sejak dari sekolah terutama ketika kita sudah SMP atau SMA dan mulai berorganisasi serta menyelenggarakan sebuah event, kita semua diajari untuk korupsi. Yaitu mark up anggaran pada proposal. makanya yah sampai gede pun bakalan terbiasa me mark up

    ReplyDelete
  2. @eruvierda itulah lucunya negeri ini. saya ndak tahu apa yang salah di negeri kita ini, seolah semua koruspi dan akar masalahnya sudah menjadi tersistematika secara struktural..#geleng-geleng kepala

    ReplyDelete